Geliat Dunia Otomotif dari Titik Nadirnya
Analisis Pengaruh Relaksasi PPnBM Mobil 0% Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Ekonomi XII
Theresella Mercy W
Berita mengenai kemerosotan berbagai sektor perekonomian akibat pandemi COVID-19 yang tidak kunjung usai memang sudah menjadi berita yang marak kita dengar. Mulai dari sektor pariwisata, tempat hiburan, pusat perbelanjaan, pusat kuliner, bahkan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah), semua terkena imbasnya. Ada berbagai faktor yang menyumbang andil dalam kemerosotan ekonomi ini, di antaranya akses hubungan lokal dan domestik yang dipersulit, turunnya mobilitas dan daya beli masyarakat, serta keputusan PHK besar-besaran yang diambil perusahaan-perusahaan besar di Indonesia.
Pemerintah Republik Indonesia melakukan berbagai kebijakan untuk mengatasi permasalahan ini. Kebijakan-kebijakan tersebut di antaranya adalah menerbitkan UU Cipta Kerja, memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Bantuan Sosial (Bansos), sampai memberi suntikan dana kepada UMKM. Banyak dari kebijakan itu kontroversial dan menimbulkan perdebatan, namun banyak juga yang membawa angin segar kepada pengusaha yang sedang berusaha menyelamatkan bisnisnya.
Di antara berbagai gejolak ini, salah-satu sektor perekonomian yang sudah mencapai titik nadir atau titik terendahnya adalah dunia otomotif. Di Indonesia sendiri, pemerintah tidak mengambil keputusan lockdown sebagai upaya menangani pandemi, namun kebijakan Work form Home (WFH) sendiri sudah sangat mengurangi mobilitas masyarakat dan tentu saja, berimbas besar pada penjualan alat transportasi. Berdasarkan artikel yang dimuat di oto.detik.com, penjualan alat transportasi khususnya mobil di Indonesia selama tahun 2020 mengalami penurunan sangat pesat, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebuah artikel di Tirto.Id menyebutkan, prediksi penjualan kendaraan roda empat sepanjang tahun 2020 hanya akan mencapai 400 ribu unit, turun jauh dari target semula yang diyakini menyentuh 1,1 juta unit.
Kemerosotan penjualan mobil tentu saja membawa dampak yang lebih besar daripada yang terlihat. Sebut saja misalnya sebuah perusahaan otomotif bernama PT Astra Daihatsu Motor (ADM). Perusahaan ini mengambil kebijakan mengurangi jumlah karyawan, walau langkah ini tidak disebut sebagai PHK, melainkan pemberhentian kontrak karyawan yang sudah habis masa kontraknya. ADM menilai, langkah tidak memperpanjang kontrak pegawai yang habis masa kontraknya memang tak terelakkan. Langkah itu menjadi salah satu solusi menekan biaya di tengah penjualan yang terus turun. Perusahaan lain seperti PT Sokonindo Automobile dan PT Honda Prospek Motor (HPM) juga menyatakan akan melakukan efisiensi jumlah karyawan berkaitan dengan penyesuaian anggaran biaya pada masa pandemi COVID-19. Tentu saja, langkah yang diambil perusahaan -perusahaan otomotif akan menyumbang angka pengangguran yang tak sedikit bagi negara, dan hal ini menjadi satu masalah baru yang tak bisa dibiarkan berlarut-larut.
Menanggapi hal ini, Kementerian Perindustrian mengajukan usul kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartanto, untuk mengadakan relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) kendaraan bermotor secara bertahap selama tahun 2021. Usulan ini kemudian disetujui oleh Airlangga Hartanto, dan akan dilaksanakan secara bertahap dengan skenario PPnBM sebesar 0% untuk periode Maret-Mei, lalu PPnBM 50% pada Juni-Agustus, dan terakhir PPnBM sebesar 25% di akhir tahun (September-November). PPnBM mobil ini berlaku khusus untuk mobil di bawah 1.500 cc dengan kandungan lokal sampai 70%.
Kebijakan relaksasi PPnBM mobil sampai dengan 0% ini merupakan stimulus yang diberikan pemerintah dalam rangka memulihkan sektor otomotif. Pemerintah memperhitungkan, skenario relaksasi PPnBM ini dapat mewujudkan peningkatan produksi mencapai 81.752 unit. Kebijakan tersebut juga akan berpengaruh pada pendapatan negara yang diproyeksi terjadi surplus penerimaan sebesar Rp1,62 triliun.
Selain membawa pemulihan pemasukan bagi sektor otomotif dan devisa negara, disinyalir kebijakan ini akan juga membawa dampak luas bagi sektor industri lainnya di luar dunia otomotif, termasuk di antaranya industri bahan baku yang berkontribusi sekitr 59 persen dalam dunia industri otomotif. Industri pendukung otomotif juga turut menyumbang lapangan kerja bagi lebih dari 1,5juta orang dan kontribusi PDB sebesar Rp700 triliun.
Perekonomian adalah dunia yang sangat kompleks dan saling berkaitan, seperti jaring laba-laba yang berkaitan satu dengan yang lain. Pulihnya produksi dan penjualan industri otomotif akan bisa membawa dampak luas bagi sektor industri lainnya, dan memperbaiki mata rantai produksi yang sempat terputus. Diharapkan, perekonomian negara Indonesia bisa perlahan-lahan kembali bangkit dan menggeliat dari titik nadirnya masing-masing, mengembalikan bahkan memperbaiki kesejahteraan rakyat yang selama ini kita idam-idamkan.
Comments
Post a Comment