Laporan Wisata Virtual
Museum Alkitab LAI
Tepat pada Hari Pahlawan, 10
November 2020, PKBM Cahaya Bangsa School of Music melakukan kunjungan
karyawisata virtual ke Museum Alkitab LAI. LAI atau Lembaga Alkitab Indonesia
sendiri adalah sebuah lembaga yang mengusahakan alihbahasa Alkitab ke dalam
bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa daerah, serta menyebarkannya.
Setelah sambutan dari pihak
pengurus museum LAI, kami berkesempatan melihatt sebuah Alkitab tebesar di
dunia yang dicetak di pusat percetakan alkitab di Cibinong, Bogor. Alkitab yang
sangat besar itu mempunya berat sampai denga 120 kg, dan kini tercatat sebagai
pemegang rekor MURI alkitab terbesar. Kemudian, kami juga melihat Bible House,
sebuah ruangan tempat penjualan alkitab-alkitab. Ternyata LAI tidak hanya
menerbitkan alkitab dalam berbagai bahasa saja, tetapi juga alkitab dengan
berbagai spesifikasi, misalnya alkitab studi, alkitab remaja, alkitab bergambar
untuk anak, dan lain sebagainya.
Naik ke lantai dua, kami melihat
sejarah penerjemahan alkitab lewat berbagai pajangan yang ada. Kakak yang
menjelaskan sangat informatif dan menolong kami memahami pentingnya setiap
artefak yang ada demi upaya penerjemahan alkitab. Di sana ada batu dan lembaran
papirus, alat-alat yang digunakan para penulis zaman dulu untuk menulis
catatan. Banyak bagian alkitab berasal dari artefak batu dan papirus yang
disatukan. Beliau menjelaskan, hanya untuk satu kitab kejadian saja, dibutuhkan
kertas papirus sepanjang 12 M. Itu sebabnya upaya menyatukan alkitab bukanlah
upaya yang mudah. Kami juga diberi informasi tentang perbedaan versi penulisan
perjanjian lama dan perjanjian baru dalam alkitab. Dalam tulisan aslinya,
Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Ibrani dengan aksara Aran, sementara
Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani. Sebelum mesin cetak ditemukan oleh
Johannes Gutenberg, penerjemah alkitab harus menuliskan alkitab tersebut dengan
tangan. Pekerjaan ini biasanya dilakukan oleh para biarawati.
Museum Alkitab LAI juga menyimpan
beberapa alkitab dalam bahasa asing yang dibawa ke Indonesia, seperti alkitab
berbahasa Inggris, alkitab asli versi Raja King James (KJV), alkitab versi
Martin Luther, alkitab terjemahan Prancis, Belanda, bahkan alkitab pertama yang
dilengkapi dengan gambar. Dari alkitab-alkitab inilah kemudian terjemahan
alkitab mula-mula ada, diusahakan oleh para kolonial yang datang ke Indonesia
untuk melakukan penginjilan. Diantaranya ada alkitab berbahasa melayu yang
diterjemahkan dari bahasa Belanda oleh seorang bernama Albert. Ada juga alkitab
dari Semarang berbahasa Jawa yang ditulis dari bahasa Arab, bahkan alkitab
berbahasa Tionghoa yang diterjemahkan dari bahasa Inggris.
Kemudian di lantai kedua, kami
melihat sejarah LAI. LAI berdiri pada tanggal 9 Februari 1954. Ketika itu, LAI
melakukan usaha penerjemahan alkitab dengan mesin ketik. Alkitab-alkitab
pertama yang dicetak oleh LAI adalah alkitab berbahasa Indonesia sehari-hari
(BIS) dan alkitab katholik dengan bagian deuterukanonika. Ada juga tersimpan 34
alkitab berbahasa daerah dari 34 daerah di Indonesia. Ini merupakan karya LAI
yang sangat luar biasa demi menyebar-luaskan Firman Tuhan. Kakak yang memandu
kami berkata, mereka sangat berharap semua usaha ini akan membuat kita senang
untuk membaca alkitab. Alkitab itu baru bermanfaat kalau dibaca dan
direnungkan!
Di lantai ini juga dipamerkan
beberapa benda yang terkait dalam alkitab. Misalnya, ada diorama pengirikan
domba dalam peristiwa Rut dan Boas. Ada juga alkitab hasil tulisan tangan
beberapa orang dewasa yang beratnya mencapai 24 kg dan alkitab tulisan tangan
yang melibatkan sejumlah 6000 anak-anak. Di sana dipamerkan sendal pada zaman
dahulu, alat musik zaman dahulu (sangkakala/sofar, antelop, ceracap, suling,
nafiri, kinor/kecapi, tamborin bintang), miniatur tabut perjanjian, loh batu,
batu dan umban Daud, dan contoh buah (buah ara, zaitun, delima, belalang
makanan Yohanes Pembaptis, kuma, kacang tanah, biji sesawi, kacang merah).
Peristiwa penyaliban sendiri
merupakan peristiwa yang sangat sakral dalam alkitab. Museum LAI menyimpan
beberapa benda yang mengingatkan kita akan peristiwa tersebut, yaitu contoh
mahkota duri, paku, koin tetradrachma Yudas Iskariot, dan diorama Petrus. Ada
juga koin janda miskin, contoh batu kilangan, ampora/buli-buli, miniatur kemah
suci, tembok ratapan, pelita/lampu minyak, kostum wanita, baju efod pria dengan
permata-permata dan ukupan, gada, tongkat, serta pakaian tentara romawi untuk
anak laki-laki yang sehat untuk wajib militer.
Lantai ketiga gedung ini
berbentuk ruang terbuka dengan banyak tanaman. Ternyata, tanaman-tanaman yang
ada juga bukan tanaman sembarangan, lho. Berdasarkan penjelasan kakaknya, kami
tahu di sana ada tanaman kurma, pohon ara atau kerap disebut dengan tin, pohon
papirus, pohon zaitun, pohon mahkota duri, pohon delima, pohon ara kecil, dan
juga pohon anggur.
Dari perjalanan virtual ke museum
alkitab LAI ini, saya banyak belajar. Ternyata proses penyebaran injil butuh
usaha yang sangat besar karena ada begitu banyak bahasa dan budaya di muka
bumi. Ketika bertanya juga, kakak yang membina memberitahu saya bahwa mereka
selalu berusaha mencari padanan kata yang tepat untuk setiap kata yang ada di
alkitab. Tentu butuh pembelajaran yang tidak sedikit untuk menyatukannya.
Seperti juga alkitab terjemahan lama dan terjemahan baru, yang hanya dibedakan
oleh preferensi kata-kata yang dipilih oleh sang penerjemah, namun bisa sangat
membantu kita ketika memahami dan merenungkan Firman. Saya jadi lebih
menghargai setiap kata yang ada di alkitab dan tertantang untuk mempelajari sejarahnya
dengan lebih mendalam.
Comments
Post a Comment