Skip to main content

Esai Sejarah: Ketenaran yang Tidak Pada Tempatnya

 

Ketenaran yang Tidak Pada Tempatnya
themercyw

Ternyata saya tahu lebih banyak tentang mereka yang menyatakan perlawanan daripada mereka yang berusaha menyatukan perbedaan.

Ironi ini terbersit di kepala saya ketika sedang memikir-mikirkan tokoh yang hendak dibahas dengan topik “mereka yang mempertahankan kesatuan bangsa”. Sejujurnya, tidak ada satu nama pun yang terbersit di kepala saya. Kalaupun ada, mereka adalah tokoh yang sudah amat tenar dan tidak punya posisi khusus untuk dijelaskan. Sebut saja Ir. Soekarno, Muh. Hatta, dan Muh. Yamin. Saya yakin masih ada banyak nama di belakang mereka, namun nama-nama mereka justru tertutup oleh nama para pemberontak. Ya, nama pemberontak. Entah apakah itu sebutan yang pantas atau tidak, tapi saya merasa lebih kenal dengan Andi Azis, Muso, PKI, dan sebagainya!

Saya kemudian memilih judul Ketenaran yang Tidak Pada Tempatnya, untuk menyayangkan popularitas yang diterima para pemecah-belah bangsa tersebut. Tidakkah, sepantasnya, kita lebih mengapresiasi dan meneladani mereka yang melakukan usaha persatuan?

Berdasarkan apa yang saya baca di internet, berikut beberapa nama dari mereka yang juga pantas menerima penghargaan kita:

1.      Sultan Hamengkubuwono IX

Sultan Hamengkubuwono IX adalah pemegang tahta kekuasaan di Kesultanan Yogyakarta ketika Indonesia merdeka. Walaupun berada dalam dunia tradisional yang masih kolot, Sultan Hamengkubuwono IX bukannya tutup mata dengan perkembangan dunia di sekitarnya. Ketika negara Indonesia mulai terbentuk, ia langsung menyatakan Kesultanan Yogyakarta sebagai bagian dari NKRI. Dengan demikian ia menolak tawaran Belanda, yang menjanjikannya tahta sebagai Raja Jawa jika berkenan melawan NKRI.

Sultan Hamengkubuwono juga melakukan segelintir upaya demi mempertahankan kesatuan NKRI. Ia mengeluarkan maklumat No. 5 Tahun 1945 untuk memobilisasi gerakan rakyat demi ikut mempertahankan kemerdekaan. Menurutnya, upaya tersebut tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah. Rakyat harus terlibat. Saat Agresi Militer Belanda 1, Sultan Hamngkubuwono IX juga membantu memenuhi kebutuhan para pejuang secara diam-diam dengan uang pribadinya dan memberi wilayah keraton sebagai tempat perlindungan TNI.

Itulah sebabnya, wilayah Yogyakarta saat ini berstatus Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

 

2.      Frans Kaisiepo

Ketika gerakan separatisme menjadi penyakit yang menjalari Indonesia, Frans Kaisiepo adalah salah-satu tokoh yang memperjuangkan kesatuan bangsa. Ia lahir di Wardo, Biak, Papua. Di sana ia bergabung dengan delegasi yang menentang pembangunan Negara Indonesia Timur (NIT). Ia kemudian memimpin pemberontakan rakyat Biak pada Maret 1948 untuk melawan pemerintah Hindia Belanda. Bagi rakyat Papua, Frans Kaisiepo adalah seorang panutan. Ia menolak menjadi Ketua Delegasi mewakili Nederlands Nieuw Guinea ke KMB di Den Haag dan mealah mendirikan Partai Politik Irian yang menuntut penyatuan Nederlands Niew Guinea (Papua) ke dalam NKRI. Frans Kaisiepo jugalah yang menyatukan suara rakyat Papua dalam Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) agar menyatukan Papua ke dalam NKRI.

 

3.      Laksamana Madya TNI Yos Sudarso

Laksaman Madya TNI Yos Sudarso adalah seorang yang namanya jarang dicantumkan. Ia lahir di Salatiga, Jawa Tengah, dan bertugas di angkatan laut sejak masa Pendudukan Jepang sampai masa kemerdekaan.

Pada awal masa kemerdekaan, beliau bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat Laut dan turut ambil bagian dalam berbagai operasi militer untuk mengatasi berbagai aksi perlawanan di daerah. Setelah kedaulaan Republik Indonesia diakui pada 1949, beliau menjabat sebagai komandan dan memimpin cukup banyak kapal milik republik, dari KRI Alu, KRI Gajah Mada, KRI Rajawali, hingga KRI Pattimura. Puncak karir Laksamana Madya TNI Yos Sudarso terjadi ketika ia menjabat sebagai Deputi Operasi KSAL yang merupakan orang nomor dua di Angkatan Laut Republik Indonesia.

Pada 2 Januari 1962, Presiden Soekarno membentuk Komando Mandala Pembebasan Irian Barat yang berkedudukan di Makassar. Yos Sudarso menjabat sebagai Deputi Operasi dengan tugas mengadakan patroli di daerah perbatasan, yakni di Laut Aru.

 

Sumber biografi:
https://blog.ruangguru.com/

Comments