Skip to main content

Interpretasi Musik: Perempuan-Perempuan Chairil



Aku diberi-tahu soal playlist Perempuan-Perempuan Chairil ini oleh adikku. 
"Bagus," kataku, "cocok sekali untuk referensi menulisku." 

Memang saat ini aku sedang riweuh-riweuhnya menyusun sebuah buku kumpulan cerita pendek berjudul Doa Dara Dara. Mewujudkannya ternyata tak semudah mendoakan. Aku harus banting tulang menyusun waktu agar tidak keteteran, sekaligus juga mengumpulkan mood agar tidak carut-marut kemana-mana saat menulis. Haduh! 

Ada beberapa buku bertema feminisme dan perempuan yang sedang aku baca sebagai referensi, salah satunya buku terjemahan dari Arab berjudul Perempuan di Titik Nol. Aku belum selesai membacanya. Playlist Perempuan-Perempuan Chairil seakan melengkapi pencarianku. Buku yang hendak aku terbitkan nanti rencananya juga akan menggandeng satu playlist musik untuk mendukung suasana dan penyampaian pesan. Sembari mendengarkan playlist ini, aku membayangkan bagaimana sang peramu nada dan sang peramu kata bergandengan. 



Nah, sekarang kembali ke Playlist. Selain di Youtube, teman-teman bisa mendengarkan musik-musiknya di Spotify dan Joox. Playlist ini terdiri atas dua puluh musik: 
  • Chairil Theme
  • Bung Ayo Bung
  • Kau Percaya Cinta? 
  • Perpisahan Ida
  • Hidup Hanya Sekali
  • Melakonlis Sri
  • Selamat Tinggal Sri
  • Dengan Cermin Aku Pun Enggan Berbagi
  • Tatapan Mirat
  • Cinta Adalah Bahaya yang Lekas Jadi Pudar
  • Monolog Hapsah
  • Tangis Hapsah
  • Binatang Jalang
  • 1000 Tahun Lagi
  • Hidup Hanya Sekali
  • Perpisahan Ida
  • Melakonlis Sri
  • Tatapan Mirat
  • Tangis Hapsah
  • Si Binatang Jalang
Berdasarkan penjelasan lanjutan yang aku baca dari https://titimangsa.or.id/2017/11/perempuan-perempuan-chairil/ , ternyata memang betul kalau Perempuan-Perempuan Chairil ini merupakan playlist musik teater yang diambil dari puisi-puisinya. 

Teater Perempuan-Perempuan Chairil mengambil sudut pandang yang berbeda dari Chairil yang dikenal orang kebanyakan.Puisi-puisinya tak sepenuhnya puisi perjuangan. Chairil 'yang lain' ini adalah Chairil yang penuh romansa, diliputi cinta dan gairah anak muda. Sepanjang hidupnya, ia menulis puisi untuk setiap cinta yang ia raih. 

Walaupun tidak menonton teaternya, aku sangat terkesan untuk setiap musik yang dibuat. Penggambaran suasanaya berhasil disampaikan, walau lewat medium yang berbeda. Ada musik orkestrasi, ada juga lagu-lagu lirih, dan kesemuanya terjalin dalam satu pengalaman mendengar yang sama. Alat-alat musik dan bentuk musik yang digunakan kurang-lebih mengingatkanku pada masa sebelum kemerdekaan dimana Chairil hidup --seorang penyair tak berpekerjaan yang mendamba cinta gadis-gadis. 

Aku sangat mau menonton teaternya. Tapi lebih dulu, aku mengapresiasi musiknya. Mungkin kelak aku akan menambahkan unsur-unsur analisa musik yang lebih mendalam di sini. Untuk sementara, biarlah kalian ku buat penasaran. Silakan mendengarkan. 

Comments